Thursday, August 23, 2012

Biarkan Si Buah Hati Memilih Makanannya


Fitria Rahmadianti - detikFood Jakarta - Waktu makan bisa menjadi saat yang paling menyebalkan bagi anak sekaligus menggemaskan bagi orang tua. Kita ingin agar anak mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi, sementara anak hanya mau makan makanan yang ia suka. Seringkali timbul pertengkaran karena masalah sepele ini.

Rhiana Maidenerg, penulis artikel 'Let Them Eat Cake! One moms laid-back stance on her kids diets' di Babble.com, berpendapat bahwa sebenarnya pertengkaran tersebut tidak perlu terjadi.

Seharian anak sudah diberi tahu apa yang harus dikerjakan, baju apa yang harus dipakai, dan kapan si kecil harus tidur. Namun, kita sulit mengendalikan mereka saat waktu makan tiba. Si kecil merasa inilah saatnya ia berkuasa menentukan apa yang akan masuk ke mulutnya.

Selain itu, semakin kita berusaha mengontrol makanan sang buah hati, semakin lemah kendali kita sebenarnya. Peneliti dari Pennsylvania State University menemukan bahwa membatasi akses anak terhadap 'makanan-makanan terlarang' justru meningkatkan hasrat mereka akan penganan tersebut. Singkatnya, semakin dilarang, semakin menggoda.

Dalam studi tersebut, peserta yang terdiri dari anak-anak dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi akses yang sangat terbatas terhadap sestoples cookies, sementara grup lainnya diperbolehkan mengambil cookies sebanyak yang mereka mau. Ternyata, konsumsi cookies pada kelompok yang dibatasi lebih banyak tiga kali lipat dibanding grup kedua. Biasanya mereka ngemil sembunyi-sembunyi.

Melarang makanan tertentu sama buruknya dengan memaksakan anak menyantap makanan. Pada studi terpisah yang juga dikerjakan Pennsylvania State University, peneliti menemukan bahwa mendesak anak memakan makanan tertentu semakin mempertinggi kemungkinan sang buah hati nantinya membenci makanan tersebut.

Lantas, sikap seperti apa yang harus kita ambil? Maidenerg mengutip omongan Dr. Amy Maidenberg dari Sage Pediatrics bahwa tanda anak cukup mendapat nutrisi untuk kebutuhannya saat ini adalah berenergi dan bertumbuh kembang dengan baik. Jadi, kalau anak terlihat tak bersemangat dan pertumbuhannya terganggu, barulah kita perlu khawatir akan asupan gizinya.

Anak tentu akan makan jika merasa lapar. Makanya, jika Anda membiarkan anak memilih dan bukannya memicu pertengkaran, keberhasilan bisa jadi ada di tangan Anda. Ellyn Satter, pengarang buku 'Child of Mine: Feeding with Love and Good Sense', berpendapat bahwa perlu ada pembagian tugas antara orangtua dan anak. Anda menentukan makanan apa dan kapan anak harus makan, sementara sang buah hati menentukan apakah ia mau makan dan seberapa banyak yang ia akan santap.

Selalu tawarkan beberapa macam hidangan, di mana sebagian merupakan makanan baru dan bernutrisi. Kemudian, biarkan si kecil memilih mana yang akan ia makan.

(fit/odi)

0 comments:

Post a Comment